About Me

Foto Saya
Warsinem Berkonde
WARGA SIJI ENEM BERNAFSU KOMPAK DAN PENUH IDE | X6 SMANSSA 2011/2012 °\(^▿^)/°
Lihat profil lengkapku

Orener's

Senin, 23 Januari 2012

paragraf argumentasi (diubah)


Tiga Kali Terlambat = Pulang atau Mulai Menjajal Sistem Poin



Masa-masa SMA merupakan masa transisi bagi para remaja. Dimana pada masa ini banyak sekali perubahan sikap maupun mental yang terjadi pada remaja sebagai bentuk perkembangan dari tahap remaja menuju dewasa. Masa transisi ini  disebut juga masa ‘rawan’ remaja, karena para remaja akan sulit dikendalikan dan lebih banyak mengikuti lingkungannya tanpa peduli benar atau salah tindakannya tersebut.
Sebagai lingkungan keseharian remaja tentu perlu bagi sekolah untuk memberikan sesuatu yang ‘menekan’ dan ‘memaksa’ siswanya agar  tetap patuh kepada norma sekaligus memberi pelajaran kesiplinan pada siswanya. Tujuan dari sesuatu yang ‘menekan’ dan ‘memaksa’ ini tidak lain dan tidak bukan agar  terbentuk karakter bertanggung jawab dan disiplin pada diri para remaja serta mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada para remaja.
Salah satu langkah yang kini gencar digalakkan sekolah-sekolah adalah pemberlakuan sistem pelanggaran dengan sistem poin. Sistem poin adalah sebuah sistem pelanggaran yang memberlakukan nilai poin pada pelanggaran pertama diberi poin awal dan pelanggaran berikutnya manjadi kelipatan dari poin sebelumnya. Sistem poin merupakan perkembangan sistem sebelumnya yang ternyata belum memberikan efek jera pada pelanggar-pelanggar peraturan.
Pemberlakuan sistem poin terbukti lebih efektif dan cukup adil dalam menangani banyaknya kasus pelanggaran bernilai berat, karena pada sistem poin saat siswa sudah mencapai nilai poin pelanggaran tertentu berarti ia tamat. Berbeda dengan sistem berikutnya yang saya beri nama 3 kali terlambat = pulang, yang masih memberikan kesempatan kedua pada pelanggarnya.
Namun, memang tak ada gading yang tak retak. Sistem poin juga memiliki kekurangannya sendiri khususnya dalam hal pelanggaran ringan misalnya keterlambatan. Hal ini dikarenakan sistem poin memberikan kebijakan sanksi dari kualitas pelanggaran atau jumlah poinnya, dan keterlambatan merupakan poin ringan membuat para siswa meremehkan. Berbalik dengan sistem 3 kali terlambat sama dengan pulang yang lebih dominan ke kuantitas daripada kualitas pelanggaran.
Namun, disisi lain sebenarnya ini merupakan keuntungan yang harusnya dapat dimanfaatkan para siswa. Sekarang bayangkan saja, jika seseorang telah terlambat 3 kali dan diharuskan pulang. Bagaimana dengan hak siswa untuk mendapat pendidikan? apakah sekolah dapat dikatakan sukses bila siswanya tidak memperoleh haknya? tentu tidak.
Hal itu merupakan contoh pemberlakuan sistem pelangaran 3 kali terlambat sama dengan pulang. Akan tetapi hasilnya akan berbeda jika kita memberlakukan sistem poin. Siswa tidak akan kehilangan haknya dan dengan kelonggaran waktu yang diberikan diharapkan membuat siswa sadar akan peraturan dengan cara yang lebih halus.
Pelanggaran di kalangan siswa memang erat kaitannya dengan sistem pelanggaran yang diberlakukan di sekolah. Setiap sistem pelanggaran selalu memiliki nilai lebih dan kurangnya sendiri. Akan tetapi, pada akhirnya semua itu akan kembali pada siswanya sendiri. Tidak peduli sesempurna apapun sebuah sistem pelanggaran dan peraturan jika siswanya tidak memiliki keinginan untuk mengubah dirinya maka pelaggaran akan tetap terjadi. Dalam hal ini, peran guru dan orang tua amat diperlukan guna membentuk karakter dalam diri remaja dan secara tidak langsung memperbaiki moral bangsa.

Oleh : Yol (30)

0 komentar: