About Me

Foto Saya
Warsinem Berkonde
WARGA SIJI ENEM BERNAFSU KOMPAK DAN PENUH IDE | X6 SMANSSA 2011/2012 °\(^▿^)/°
Lihat profil lengkapku

Orener's

Rabu, 18 Januari 2012

Sistem Point dan Ketertiban Siswa

          Akhir-akhir ini, era globalisasi berkembang begitu cepat. Masyarakat Indonesia lebih cenderung meniru perkembangan masyarakat barat yang tidak sesuai dengan budaya luhur dan nilai-nilai bangsa indonesia. Hal ini tampak pada sebagian besar remaja-remaja di Indonesia melalui gaya hidup cara  berpakaian, berpenampilan bahkan bertutur kata yang kebarat-baratan. Sehingga peran pendidikan menjadi lebih penting dalam upaya membendung dan meminimalisir perilaku menyimpang para remaja khususnya di Indonesia. 
           Penyeragaman berpakaian di sekolah mulai dari sepatu sampai rambut sebenarnya merupakan warisan dari bangsa Jepang ketika menjajah di Indonesia, akan tetapi hal ini tampaknya semakin luntur seiring berkembangnya zaman. Jika kita lihat fenomena anak sekolah sebetulnya membolos, baju tidak rapi, dan segala sesuatu yang melanggar peraturan tata tertib sekolah pada hakikatnya hal tersebut menjadi masalah dan merugikan diri sendiri. Kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya sebuah peraturan dan tata tertib menjadikan sekolah harus membuat sistem point. Artinya, setiap siswa yang melanggar tata tertib akan dikenai point sesuai dengan tingkat pelanggaran. Semakin berat pelanggaran yang dilakukan semakin besar pula point yang didapat. Ketika point mencapai point maksimal maka siswa tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya.
           SMAN 1 Salatiga salah satunya yang menerapkan sistem point. Meskipun SMAN 1 Salatiga terkenal sebagai sekolah favorit di Salatiga, namun masih saja sering dijumpai dengan adanya pelanggaran dari siswa. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir jumlah pelanggaran yang dilakukan dan melatih kedisiplinan siswa.
           Jenis pelanggaran yang ada di SMAN 1 antara lain seperti gaya berpakaian, gaya rambut, tidak boleh bersolek berlebihan bagi siswi, datang sekolah tepat waktu, memakai sepatu berwarna hitam dan kaos kaki putih. Jenis pelanggaran tersebut merupakan jenis pelanggaran ringan dengan point berkisar sekitar 5. Hal ini mungkin sedikit terabaikan oleh sebagian siswa. Akan tetapi, apabila kita lihat dari pelanggaran " kartu merah " dengan point berkisar 150, siswa akan takut melakukan pelanggaran seperti memperkosa, membunuh, mengkonsumsi barang haram, dsb. Hal ini dianggap "haram dilakukan" bagi semua siswa.
           Sebetulnya, tujuan dari diberlakukannya sistem point adalah untuk mencegah pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh siswa. Sistem point ini juga dipercaya oleh sebagian besar masyarakat sebagai penegak norma dan keadilan. Dengan diberlakukannya sistem point, diharapkan para peserta didik mematuhi peraturan agar harmonisme dapat terwujudkan. Selain itu, sistem point ini juga dapat memberikan "efek jera" bagi para pelanggarnya. Namun, tampaknya di era modern ini keberadaan sistem point mulai terabaikan. Hal ini dapat dilihat dari masih seringnya kita jumpai berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

"reach your dreams as high as possible"

MUHAMMAD RISTI ROMAWI PUTRA
X6/19

0 komentar: