Blog Archive
- 2012 (29)
-
2011
(59)
- Desember(1)
- November(2)
- Oktober(30)
-
September(18)
- Jalan-jalan dengan Temanku yang Artis
- Kenangan Unik di Kala Sang Surya Memerah
- Ternyata Tertinggal
- Berikan Kemeja Ini Pada Kakek ya,
- Mantan Pacar Kakek
- SAAT BERTEMU PACAR
- Gayus yang Jayus
- Penyesalan yang Mendalam
- Anehnya si Sasya
- The Red Wilson - Dhea Arvie/07
- Sayuran Busuk
- Ternyata Dono
- PECAH BERARTI MEMBELI
- Pertemuan Singkat
- Dompet Yang Terlupa
- Berbelanja dengan Ibu
- Superstar Hinggap di Escalator
- Pengalamanku yang Membingungkan
- Agustus(8)
About Me
- Warsinem Berkonde
- WARGA SIJI ENEM BERNAFSU KOMPAK DAN PENUH IDE | X6 SMANSSA 2011/2012 °\(^▿^)/°
Orener's
Blog Archive
-
▼
2011
(59)
-
▼
September
(18)
- Jalan-jalan dengan Temanku yang Artis
- Kenangan Unik di Kala Sang Surya Memerah
- Ternyata Tertinggal
- Berikan Kemeja Ini Pada Kakek ya,
- Mantan Pacar Kakek
- SAAT BERTEMU PACAR
- Gayus yang Jayus
- Penyesalan yang Mendalam
- Anehnya si Sasya
- The Red Wilson - Dhea Arvie/07
- Sayuran Busuk
- Ternyata Dono
- PECAH BERARTI MEMBELI
- Pertemuan Singkat
- Dompet Yang Terlupa
- Berbelanja dengan Ibu
- Superstar Hinggap di Escalator
- Pengalamanku yang Membingungkan
-
▼
September
(18)
Senin, 19 September 2011
Jalan-jalan dengan Temanku yang Artis
sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan temanku yang bernama Minho, Minho adalah temanku yang kebetulan menjadi artis di korea. Kita melihat sepatu-sepatu berjejeran yang dijual. Segera aku berlari-lari menuju outlet sepatu itu. Akhirnya Minhopun membelikanku sepasang sepatu yang sangat kusukai. Selanjutnya aku dan Minho naik ke lantai berikutnya untuk menonton film di bioskop.
rencananya kita akan menonton film Transformers 3. Kami harus mengantri dahulu untuk mendapatkannya (vega). Antriannya sangat panjang, jadi aku menyuruh Minho untuk mengantrikan tiket untukku juga. Aku menunggu Minho sangat lama, jadi aku putuskan untuk mondar-mandir mencarinya di tempat dia membeli tiket. Aku akhirnya menemukannya, bergegas kita masuk ke bioskop untuk segera menonton film. Setelah film selesai kita putuskan untuk makan dahulu.
Setelah itu kami bergegas menuju parkiran untuk segera pulang. Karena hari mulai malam, Minho mengendara dengan tergesa-gesa. Minho mengantarkan aku pulang dengan motornya, aku berpegangan erat-erat. Sepanjang jalan begitu sunyi, terdengar sayup-sayup angin berhembus yang membuatku cukup kedinginan. Akhirnya aku sampai di rumah dan segera bertrimakasih kepada Minho.
Ita Billa Thifa X6/14
Kamis, 15 September 2011
Kenangan Unik di Kala Sang Surya Memerah
Sore itu, aku berjalan – jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan sahabatku, Ani. Di sana terdapat boneka – boneka yang sungguh menggemaskan. Kami berdua melihat – lihat boneka itu. Kemudian kami berdua sepakat untuk membeli salah satu boneka tersebut. Kemudian kami berdua sepakat untuk mengunjungi tempat bermain di seberang jalan.
Kami menikmati wahana tempat bermain itu dengan suka ria. Tetapi, aku menghabiskan uangku disana, sampai – sampai uang di dompetku habis. Aku terlihat seperti orang tak berakal lagi. Ketika melihat keadaan sekitar, aku melihat sebuah kantong plastik, ternyata kantong plastik itu berisi kolang – kaling. Aku bermaksud untuk mengambil kolang – kaling itu. Tidak lama berselang, kolang - kaling itu dibuang oleh Ani. Berselang beberapa langkah, kami mendengar security memanggil seseorang. Aku dan Ani bertanya – tanya apakah yang dipanggil security itu adalah kami. Security itu menghampiri kami dan kami hanya mondar - mandir ketakutan. Ternyata, security itu memberitahu kami bahwa Ani telah membuan plastik kolang – kaling tersebut tidak pada tempatnya dan karena itu, kami dihukum untuk membersihkan sampah di area tersebut. Fenomena tersebut kami jadikan tauladan untuk lebih menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Muhammad Iqbal
18
Ternyata Tertinggal
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan temanku. Sudah cukup lama kami berada di toko baju yang pengunjungnya lumayan banyak. Kami berdua berkerumun dan mulai mencari-cari baju yang sesuai. Walaupun berdesak-desakan kami tidak peduli, demi mendatkan baju yang bagus dengan harga yang miring. Seringkali kakiku terinjak orang hingga aku pun mulai lemas karena kekurangan oksigen dan kelelahan.
Tak lama kami berdua menemukan baju yang cocok lalu segera membawanya ke kasir untuk pembayaran dan segera kuambil dompetku di kantung. Aku mulai kebingungan karena aku tidak dapat menemukan dompetku (ratih). Seketika itu aku langsung lemas dan kebingungan, sementara penjaga kasir mulai menampakan wajah kesalnya. Penjaga kasir itu terus memperhatikan gerak-geriku sambil melototiku. Untungnya temanku mau meminjamkan uangnya kepadaku. Setelah membayar, kami berusaha mencari-cari dompetku di sekitar toko barangkali terjatuh, akan tetapi tidak kami temukan.
Hatiku bertambah cenat-cenut karena hari mulai gelap. Aku putuskan untuk pulang walaupun dompetku belum kutemukan. Di jalan aku melamun mencoba mengingat-ngingat kembali di mana aku letakan dompetku, tiba-tiba terdengar suara klakson yang mengagetkanku. Setelah sampai di rumah aku merasa putus asa dan mencoba merelakan dompetku, lalu aku menuju ke kamarku untuk beristirahat. Kulihat dompetku tergeletak di meja kamar, aku senang sekali dan bersyukur (anita).
Fanny KF/ 10/X6
Senin, 12 September 2011
Berikan Kemeja Ini Pada Kakek ya,
Sore itu aku berjalan-jalan disebuah pusat perbelanjaan dengan sahabat-sahabatku. Kulihat baju-baju tergantung dan tersusun rapi di etalase sepanjang jalan. Baju-baju disalah satu toko begitu menarik hati kami hingga membuat kami berbondong-bondong memasukinya secara bersamaan. Kami memilih dan mencoba baju-baju yang kami inginkan. Setelah kami menentukan baju mana yang akan kami beli masing-masing kami segera menuju kasir.
Antrean di depanku adalah seorang nenek-nenek tua dan perpakaian lusuh yang hendak membayar bajunya. Ketika akan mengeluarkan uangnya ternyata si nenek tidak menemukan dompetnya. Tak menyerah, nenek itu mulai mencari lagi dan lagi. Ia mulai cemas ketika pencariannya yang ketiga tidak membuahkan hasil juga. Karena belum menemukan dompetnya satpam disamping kami meminta nenek untuk menyingkir dulu dan membiarkan kami membayar. Aku lihat raut wajah nenek itu hendak menangis ia juga berkata itu adalah sebuah kemeja untuk suaminya yang tengah berulang tahun, aku jadi teringat ketika ayah memberikan ibu hadiah pernikahan dulu.
Karena tak tega sekaligus tersentuh, kami berinisiatif untuk patungan dan membayarkan baju nenek. Awalnya ia menolak pemberian kami, tetapi kami berkata itu adalah hadiah dari kami kepada kakek jadi tak apa. Akhirnya nenek mau menerimanya dan mengajak kami kerumahnya dan kami melihat kakek tersenyum senang juga nenek yang menangis haru. Ah bahagianya melihat kedua pasangan itu.
Yola Septyana
30/x6
Minggu, 11 September 2011
Mantan Pacar Kakek
Sore itu aku berjalan-jalan disebuah pusat perbelanjaan dengan kakek saya. Saya dan kakek mampir disebuah toko buku murah. Kakek hanya mondar-mandir melihat setumpukan buku yang tertata rapi di depannya. Setelah saya mengambil buku, saya langsung membawanya ke kasir dan langsung mengajak kakek keluar dari toko tersebut. Setelah itu kamipun melanjutkan ke sebuah toko baju karena kakek ingin membelikan nenek sebuah baju muslim.
Saat ditoko tersebut tiba-tiba kakek bersembunyi dibelakang saya, saya kebingungan karena tidak melihat kakek disebelah saya. Di depan saya seorang nenek terlihat sedang memilih baju. Nenek itu bolak-balik ke kasir dan menanyakan harga setiap baju tersebut. Mungkin karena matanya yang sudah tidak bisa membaca pricetag Ternyata nenek tersebut adalah mantan pacar kekek saya. Itulah mengapa kakek bersembunyi dibelakang saya dan enggan melepaskan tangan saya.
Terdengar suara kakek berbisik kepadaku " Nak, ayo kita hampiri nenek itu". Akhirnya saya, kakek dan nenek ituberbincang-bincang sambil berjalan-jalan. Kemudian saya dan kakek pulang kerumah karena hari sudah malam.
Dian Ayu Purnasari X6/08
SAAT BERTEMU PACAR
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan kakakku. Kami melihat baju-baju yang disana. Kami mencari baju sambil berbincang-bincang. Setelah aku dan kakakku menemukan baju yang kami inginkan. Kami pergi ke kasir untuk membayarnya. Kami merasa puas dengan baju yang kami beli.
Kakakku mengajak pulang sehabis itu. Saat perjalanan pulang aku bertemu dengan pacarku (Marista Puspita Sari). Kakakku berkata, saat pacarku bertemu aku dia terlihat merah. Kemudian kami memutuskan untuk berjalan-jalan kesana kemari. Kakakku sering mengerjani kami, sampai-sampai aku dan pacarku terlihat salah tingkah.
Akhirnya aku dan pacarku mencari – cari makanan untuk berbuka. Setelah mencari, aku mendengar sayup-sayup penjual es cendol dan mie ayam yang bersamaan dan ternyata mereka sepasang suami istri. Akupun membeli keduanya, pacarku hanya cengar-cengir melihatku. Akhirnya kamipun berbuka puasa bersama. (Octavian Addis Wijaya)
Laela Rizki Fauzia
X6 // 15
Kamis, 08 September 2011
Gayus yang Jayus
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan ibuku. Aku dan ibuku melihat-lihat pakaian-pakaian di sebuah stand belanja. Lalu aku memilih-milih pakaian yang akan kubeli nanti. Tiba-tiba bel swalayan berbunyi. Ternyata ada orang yang berusaha mencuri barang-barang di swalayan tersebut.
Kemudian aku dan ibuku bergegas pergi ke Stadion Jatidiri untuk menonton Turnamen Tenis Asia. Betapa aduhai melihat atlet-atlet dari Indonesia yang sangat bersemangat (Aguston). Atlet dari China sangat kuat seperti Tembok China. Lalu aku membeli bolang-baling dari seorang pedagang asongan yang sedang mondar-mandir. Aku sangat terkejut ketika aku melihat sosok orang yang sudah tak asing lagi bagiku. Ternyata dia adalah Gayus Tambunan yang sedang menonton tenis bersamaku sore itu.
Setelah aku menghabiskan bolang-baling yang kubeli tadi, aku kembali menonton pertandingan tenis. Aku memata-matai Gayus yang sedang menonton tenis. Aku mendengar sorak-sorai penonton yang menyemangati petenis andalannya sehingga mengacaukan konsentrasiku untuk memata-matai Gayus. Ternyata Gayus telah pergi dari bangkunya. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena hari mulai gelap (Fawwaz Aldi).
Rausanfiker Robby Maulana X-6/24
Penyesalan yang Mendalam
Sore itu aku berjalan – jalan disebuah pusat perbelanjaan dengan teman – temanku. Kami melihat boneka – boneka dengan berbagai bentuk. Kami memilih – milih boneka dengan bentuk yang kami sukai. Aku memilih boneka yang berbentuk monyet. Setelah mambayarnya kami kembali berkeliling.
Karena merasa lapar kami pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Tapi sayangnya hari itu cafe sangat ramai, jadi kami mamutuskan untuk mencari tempat lain ( Atka ). Tiba – tiba terlihat truk besar di area parkir cafe. Saat itu ada kucing yang berjalan mondar – mandir dibelakang truk. Tiba – tiba truk bergerak mundur ke arah kucing. Aku pun berusaha menyelamatkan kucing itu.
Aku langsung berlari - lari untuk menyelamatkan kucing itu. Terdengar jelas ngeongan kucing yang ketakutan, sayangnya aku terlambat untuk menyelamatkannya, kucing itu pun mati terlindas ban truk. Jantungku berdebar – debar mengetahui jika aku gagal menyelamatkan kucing itu. Aku merasa sangat bersalah, akhirnya aku dan temanku pulang dengan rasa penyesalan ( Ita Billa).
Anita Aulia Asni kusumawardani
X6 / 03
Rabu, 07 September 2011
Anehnya si Sasya
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan saudara perempuanku yang bernama Sasya.Disana aku membeli bunga-bunga imitasi yang sangat terlihat indah.Namun tak tahu kenapa,Sasya malahan mondar-mandir tidak jelas seperti orang yang kebingungan.Cepat-cepat aku menghampirinya dan aku langsung menarik tangannya.Sasya terkejut dan berteriak,semua pengunjung melihat kearah kami.
Aku dan Sasya kemudian meninggalkan tempat tersebut karena saking malunya.Saat kami sedang berjalan,Sasya malah marah-marah sendiri seperti kesambet setan.Dia tidak mau ku ajak pulang dari tempat tadi karena dia masih penasaran dengan seorang cowok yang mirip dengan kekasihnya.Saat kami sampai di parkiran, aku memperhatikan gerak-gerik Sasya yang aneh.Tapi aku tidak memperdulikannya.Mungkin dia masih penasaran dengan cowok yang dia lihat tadi.
Kami pulang dengan muka Sasya yang kemerah-merahan karena kesal.Tiba-tiba dia marah-marah dan terdengar bagaikan petir yang menyambar-nyambar.Karena aku takut menjadi pelampiasan kemarahannya,aku segera masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa.Itu adalah pengalaman menarik untukku.
Rohayati (25)
The Red Wilson - Dhea Arvie/07
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan temanku. Orang-orang juga berbelanja di pusat perbelanjaan tersebut. Terlihat kerumunan orang mondar-mandir di toko Sport Station. Ternyata ada diskon akbar di sana. Kamipun memutuskan untuk melihatnya.
Ketika melihat sebuah raket tenisWilson warna merah aku menyambarnya. Aku ingin sekali membeli raket bagus itu (Nadzifa). Tapi, saat aku melihat harganya akupun mengembalikan lagi ke tempatnya semula. Tapi warnanya yang kerlap-kerlip itu menggodaku untuk membelinya. Untung ada diskon meskipun cuma 30%.
Di situ aku melihat-lihat lagi karena ada 2 pilihan yang ditawarkan penjual itu. Seakan-akan 2 raket itu berteriak-teriak, "Beli aku! Beli aku!". Tetapi saya lebih tertarik dengan warna-warna yang berbau keberanian, sedangkan yang satu warnanya biru muda. Dan akhirnya saya membeli raket tenis Wilson warna merah yang dari awal sudah aku idam-idamkan (Rozzy).
Ketika melihat sebuah raket tenisWilson warna merah aku menyambarnya. Aku ingin sekali membeli raket bagus itu (Nadzifa). Tapi, saat aku melihat harganya akupun mengembalikan lagi ke tempatnya semula. Tapi warnanya yang kerlap-kerlip itu menggodaku untuk membelinya. Untung ada diskon meskipun cuma 30%.
Di situ aku melihat-lihat lagi karena ada 2 pilihan yang ditawarkan penjual itu. Seakan-akan 2 raket itu berteriak-teriak, "Beli aku! Beli aku!". Tetapi saya lebih tertarik dengan warna-warna yang berbau keberanian, sedangkan yang satu warnanya biru muda. Dan akhirnya saya membeli raket tenis Wilson warna merah yang dari awal sudah aku idam-idamkan (Rozzy).
Sayuran Busuk
Sore itu, aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan adikku. Suasananya sangat ramai dengan orang-orang yang berbelanja. Aku kesulitan mengawasi adikku karena ia berlari-larian kesana kemari sementara suasana sangat ramai. Aku berusaha menggandeng tangan adikku. Tapi ia terus-terusan melepaskan genggaman tanganku.
Kami memasukki super market untuk membeli beberapa kebutuhan. Kuambil sayur mayur dan beberapa bumbu tepung (Dhea). Sayuran yang aku pilih sedikit terlihat tidak segar. Aku mondar-mandir mencari petugas untuk melaporkan sayur-sayuran itu sedikit busuk. Tapi aku tidak menemukan satu petugaspun. Aku memutuskan untuk kembali ke los sayuran.
Di sana aku memilih-milih sayuran yang segar. Tapi tetap saja sayuran itu kurang segar semua. Adikku lalu memanggilku dan mengajakku pulang. Dia terus-terusan menarik-narik tanganku. Akhirnya aku dan adikku pulang dengan membawa sayuran yang kurang segar (Andy).
Kami memasukki super market untuk membeli beberapa kebutuhan. Kuambil sayur mayur dan beberapa bumbu tepung (Dhea). Sayuran yang aku pilih sedikit terlihat tidak segar. Aku mondar-mandir mencari petugas untuk melaporkan sayur-sayuran itu sedikit busuk. Tapi aku tidak menemukan satu petugaspun. Aku memutuskan untuk kembali ke los sayuran.
Di sana aku memilih-milih sayuran yang segar. Tapi tetap saja sayuran itu kurang segar semua. Adikku lalu memanggilku dan mengajakku pulang. Dia terus-terusan menarik-narik tanganku. Akhirnya aku dan adikku pulang dengan membawa sayuran yang kurang segar (Andy).
Nadzifa Nur Fadila (X-6 / 21)
Selasa, 06 September 2011
Ternyata Dono
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan teman-temanku. Aku melihat orang-orang berlalu lalang. Memilih barang-barang yang akan mereka beli. Aku sendiri dan teman temanku bingung ingin membeli apa. Kami hanya mengitari lantai satu sesekali melirik barang yang lucu.
Tiba-tiba aku terkejut melihat seseorang. Dan muka orang itu tidak asing bagiku. Terlihat sesuatu yang menonjol dari orang itu. Teringat hal itu aku jadi senyam-senyum sendiri. Orang itu tibat-tiba menghilang. Aku mengajak teman-temanku mencari orang itu. Kami memutuskan berpencar untuk mencarinya.
Aku berjalan-jalan di sekitar tempat orang yang aku lihat tadi. Sudah cukup lama aku mondar-mandir di tempat itu, tapi aku belum juga menemukannya. Tiba-tiba seorang teman memanggilku karena dia telah menemukan orang tadi. Setelah aku dekati, ternyata dia Dono teman lamaku yang sangat akku rindukan,aku senang sekali bertemu dengannya kembali.
ATKA KURNIA SARI ( X-6 / 04 )
PECAH BERARTI MEMBELI
Sore itu aku berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan temanku. Kami membeli baju-baju untuk lebaran nanti. Setelah itu, kami melihat-lihat di dalam pusat perbelanjaan untuk mencari hal-hal yang menarik. Kami melihat ada gelas-gelas kaca yang tersusun rapih di dalam rak lemari pertokoan. Kami mendekati rak gelas tersebut untuk melihat dengan jelas gelas-gelas yang ada di dalamnya.
Tak sengaja tanganku menyenggol rak tersebut dan menjatuhkan semua gelas yang ada di dalamnya. Aku bingung dan terkejut atas apa yang aku perbuat. Aku melihat puing-puing gelas itu berserakan di lantai pertokoan. Warna-warnanya yang begitu indah tercerai-burai di lantai-lantai pertokoan. Petugas satpam itu mendatangiku dengan wajah yang menyeramkan. Lalu dia mengajak aku dan temanku ke kantor untuk dimintai pertanggungjawaban.
Aku dan temanku hanya menurut saat kami digiring ke kantor. Di kantor, kami ditanyai tentang kejadian itu dan kami harus mengganti barang yang rusak. Karena aku tidak mempunyai uang, aku menelepon ayahku kemudian menceritakan apa yang terjadi. Saat mendengarnya ayahku malah tertawa dan menasihatiku agar hal tersebut menjadi pelajaran bagiku. Aku sangat malu disana sedangkan temanku menertawaiku.
Tak sengaja tanganku menyenggol rak tersebut dan menjatuhkan semua gelas yang ada di dalamnya. Aku bingung dan terkejut atas apa yang aku perbuat. Aku melihat puing-puing gelas itu berserakan di lantai pertokoan. Warna-warnanya yang begitu indah tercerai-burai di lantai-lantai pertokoan. Petugas satpam itu mendatangiku dengan wajah yang menyeramkan. Lalu dia mengajak aku dan temanku ke kantor untuk dimintai pertanggungjawaban.
Aku dan temanku hanya menurut saat kami digiring ke kantor. Di kantor, kami ditanyai tentang kejadian itu dan kami harus mengganti barang yang rusak. Karena aku tidak mempunyai uang, aku menelepon ayahku kemudian menceritakan apa yang terjadi. Saat mendengarnya ayahku malah tertawa dan menasihatiku agar hal tersebut menjadi pelajaran bagiku. Aku sangat malu disana sedangkan temanku menertawaiku.
By. Azka Hariz S (05)
Pertemuan Singkat
Sore itu aku berjalan-jalan disebuah pusat perbelanjaan dengan Rita. Kami melihat baju-baju yang terpajang dengan rapi. Kami hanya melihat-lihat baju karena belum ada satupun baju yang menarik perhatian kami. Saat kami melihat-lihat, rita menemukan dress berwarna hitam. Kamipun kekasir untuk membayar.
Ketika hendak membayar, kami bertemu Kak Rendy kakak kelasku. Aku tidak menyangka Kak Rendy tersenyum dan menyapaku. Wajahnya yang tampan membuatku merasa deg-degan. Rita yang menyadari gerak-gerikku yang aneh pun tersenyum. Aku hanya dapat menyapa dan tersenyum pada kak Rendy, ternyata Kak Rendy bersama seorang cewek.
Hatiku yang berbunga-bunga, sontak berhenti karena melihat hal itu. Akhirnya, Kak rendy berjalan menjauh tapi senyumannya masih membekas diingatanku. Aku bertanya pada Rita siapa cewek itu, ternyata dia adiknya Kak Rendy. Pulang dari sana aku senyum-senyum sepanjang perjalanan, walau Aku tahu kami hanya bertemu sebentar.
Ratih Kusumawati
23 (dua puluh tiga)
Ratih Kusumawati
23 (dua puluh tiga)
Minggu, 04 September 2011
Dompet Yang Terlupa
Ibuku bingung, lalu dia memintaku untuk membayarnya terlebih dahulu. Sebenarnya aku kesal karena uang yang aku kumpulkan untuk membali poster Shinee harus hangus untuk membayar baju. Saat aku mengeluarkan dompetku, aku melihat dompet ibuku ada di saku celana ibuku. Padahal ibuku tadi sampai membolak-balik tasnya. Aku langsung menyuruh ibuku untuk meraba saku celananya. Akhirnya uangku tidak jadi digunakan untuk membayar baju karena dompet ibuku sudah ketemu dan aku bisa membeli poster Shinee yang aku inginkan.
Aku hampir berjingkrak-jingkrak di kasir. Untung saja aku dapat menahan rasa berbunga-bunga di hatiku. Aku langsung mengajak ibuku untuk segera membeli poster Shinee.
Vega Norma Rafika Putri (X-6/28)
Langganan:
Postingan (Atom)